Rabu, 30 Januari 2013

UJI ZAT ORGANIK


PENGUJIAN ZAT ORGANIK Air minum mempunyai batas syarat zat organik yang diukur dengan banyaknya mg/l KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terkandung didalamnya dengan pendidihan selama 10 menit. Kandungan zat organik yang melebihi batas memungkinkan pertumbuhan kuman, disamping menunjukkan pengotoran zat-zat organik yang kemungkinan akan membahayakan kesehatan. Pengujian Zat Organik Secara Titrimetri dengan Metoda Asam Metoda ini digunakan untuk contoh uji dengan kandungan klorida < 300 mg/L. Prinsip: Zat organik didalam contoh uji dioksidasi dengan KMnO4, kemudian direduksi oleh asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Gangguan :  Reduktor yang dapat mengganggu penetapan Nilai Kalium Permanganat adalah ion-ion seperti ferro, sulfida dan nitrit.  Gangguan ion ferro bila terdapat dalam air dapat dicegah dengan penambahan beberapa tetes KMnO4 sebelum dianalisa. Sulfida-sulfida dapat dihilangkan dengan mendidihkan contoh air setelah ditambah beberapa tetes H2SO4 sampai tidak terdapat bau H2S. Peralatan dan bahan penunjang 1. Peralatan :  Alat - alat yang dibutuhkan dalampengujian (buret,erlenmeyer,pipet,batu didih, labu ukur, gelas piala, pemanas listrik, pengatur waktu, gelas ukur) 2. Bahan Penunjang: a. Lart. Induk Kalium Permanganat 0,1 N b. Lart. Baku Kalium Permanganat 0,01 N c. Lart. Induk Asam Oksalat 0,1 N d. Lart Baku Asam Oksalat 0,01 N e. Asam Sulfat 8 N bebas zat organik Pembuatan Reagen :  Pembuatan lart. Induk KMnO4 0,1 N - Timbang 3,1600 gr KMnO4 kemudian larutkan dengan 500 mL aquadest dalam labu ukur 1000 mL, - Tambahkan aquadest sampai tepat tanda tera, - Simpan di dalam botol warna coklat dan tutup.  Pembuatan Lart. Baku KMnO4 0,01N - Pipet 10 mL lart. Induk KMnO4 0,1 N dan masukkan dalam labu ukur 100 mL, - Tambahkan aquadest sampai tanda tera Penetapan Normalitas KMnO4 0,01 N 1. Masukkan 100 ml aquadest ke dalam labu erlenmeyer 300 ml secara duplo, panaskan hingga 70oC 2. Tambahkan 5 mL lart. H2SO4 8 N bebas zat organik 3. Tambahkan 10 mL lart. baku asam oksalat 0,01N; titrasi dengan lart. baku KMnO4 0,01N sampai warna merah muda, catat volumenya; 4. Apabila perbedaan pemakaian lart. baku KMnO4 0,01N secara duplo lebih dari 0,1 mL ulangi penetapannya, apabila kurang atau sama dengan 0,1 mL rata-ratakan hasilnya untuk perhitungan kenormalan lart. baku KMnO4 5. Hitung normalitas lart. baku KMnO4 dengan rumus: V1 x N1 = V2 xN2 V1 = mL lart. Baku asam oksalat 0,01N V2 = mL lart. Baku KMnO4 0,01N N1 = kenormalan lart. Baku asam oksalat 0,01N N2 = kenormalan lart. Baku KMnO4 yang di cari Prosedur : 1. Pipet 100 mL contoh uji masukkan ke dalam erlenmeyer 300 mL dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO4 0,01 N beberapa tetes ke dalam contoh uji hingga terjadi warna merah mud 3. Tambahkan 5 ml asam sulfat 8 N bebas zat organik. 4. Panaskan di atas pemanas listrik pada suhu 105oC ± 2OC, bila terdapat bau H2S, pendidihan diteruskan beberapa menit. 5. Pipet 10 mL larutan baku KMnO4 0,01 N. 6. Panaskan hingga mendidih selama 10 menit. 7. Pipet 10 mL larutan baku asam oksalat 0,01 N. 8. Titrasi dengan kalium permanganat 0,01 N hingga warna merah muda. 9. Catat volume pemakaian KMnO4. 10. Apabila pemakaian larutan baku kalium permanganat 0,01 N lebih dari 7 mL, ulangi pengujian dengan cara mengencerkan contoh uji. Perhitungan KMnO4 mg/l = [(10 + a)b - (10 x c)] 1 x 31,6 x 1000 x f d dengan pengertian: a: adalah volume KMnO4 0,01 N yang dibutuhkan pada titrasi; b: adalah normalitas KMnO4 yang sebenarnya; c: adalah normalitas asam oksalat; d: adalah volume contoh; dan f : adalah faktor pengenceran contoh uji. CATATAN Apabila terdapat nitrit maka nilai KMnO4dikurangi 1,4 mg/L untuk kadar nitrit 1 mg/L

Rabu, 23 November 2011

Pengukuran MPN Coliform

PENGUKURAN BAKTERI COLIFORM DENGAN MPN 1.1 Latar Belakang Standar Air Minum, menurut standar WHO semua sampel tidak boleh mengandung E. coli dan sebaiknya juga bebas dari bakteri coliform. Standar WHO: Dalam setiap tahun, 95% dari sampel-sampel tidak boleh mengandung coliform dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung E. coli dalam 100 ml, Tidak ada sampel yang mengandung coliform lebih dari 10 dalam 100 ml, Tidak boleh ada coliform dalam 100 ml dan dua sampel yang berurutan (AOAC,2000). Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain (Dad,2000). Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik. Berdasarakan latarbelakang itulah maka praktikum ini penting untuk dilakasanakan. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui korelasi antara jumlah bakteri koliform dengan kualitas air sampel 1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah parktikan mampu menganalisa kualitas air dengan metode MPN (Most Probable Number) dengan menghitung jumlah koliform yang ditemukan. 2.1 Metode MPN Metode MPN terdiri dari tiga tahap,yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif coliform dalam sampel. Karena beberapa jenis bakteri selain coliform juga memiliki sifat fermentatif, diperlukan uji konfirmasi untuk mengetes kembali kebenaran adanya coliform dengan bantuan medium selektif diferensial. Uji kelengkapan kembali meyakinkan hasil tes uji konfirmasi dengan mendeteksi sifat fermentatif dan pengamatan mikroskop terhadap ciri-ciri coliform: berbentuk batang, Gram negatif, tidak-berspora (Fardiaz,1989). Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk-koloni (colony-forming unit) dalam sampel. Namun, pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Jadi misalnya terdapat nilai MPN 10/g dalam sebuah sampel air, artinya dalam sampel air tersebut diperkirakan setidaknya mengandung 10 coliform pada setiap gramnya. Makin kecil nilai MPN, maka air tersebut makin tinggi kualitasnya, dan makin layak minum. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (FDA, 1989). 2.2 Bakteri Coliform Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi indikator pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi Coliform jauh lebih murah, cepat, dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform adalah, Esherichia coli dan Entereobacter aerogenes. Jadi, coliform adalah indikator kualitas air. Makin sedikit kandungan coliform, artinya, kualitas air semakin baik (FRIEDHEIM, 2001). Banyaknya kontaminan dalam air memerlukan standar tertentu untuk menjamin kebersihannya. Air yang terkontaminasi oleh bakteri patogen saluran cerna sangat berbahaya untuk diminum. Hal ini dapat dipastikan dengan penemuan organisme yang ada dalam tinja manusia atau hewan dan yang tidak pernah terdapat bebas di alam. Ada beberapa organisme yang termasuk kategori ini, yaitu bakteri coliform (E. coli), Enterococcus faecalis, Clostridium sp. Di Indonesia, bakteri indikator air terkontaminasi adalah E. coli (GAUSE, G. F. 1946). Terdapatnya bakteri coliform dalam air minum dapat menjadi indikasi kemungkinan besar adanya organisme patogen lainnya. Bakteri coliform dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu faecal coliform dan non-faecal coliform. E. coli adalah bagian dari faecal coliform. Keberadaan E. coli dalam air dapat menjadi indikator adanya pencemaran air oleh tinja. E. coli digunakan sebagai indikator pemeriksaan kualitas bakteriologis secara universal dalam analisis dengan alasan; a) E. coli secara normal hanya ditemukan di saluran pencernaan manusia (sebagai flora normal) atau hewan mamalia, atau bahan yang telah terkontaminasi dengan tinja manusia atau hewan; jarang sekali ditemukan dalam air dengan kualitas kebersihan yang tinggi, b) E. coli mudah diperiksa di laboratorium dan sensitivitasnya tinggi jika pemeriksaan dilakukan dengan benar, c) Bila dalam air tersebut ditemukan E. coli, maka air tersebut dianggap berbahaya bagi penggunaan domestik, d) Ada kemungkinan bakteri enterik patogen yang lain dapat ditemukan bersama-sama dengan E. coli dalam air tersebut (GAUSE, G. F. 1946). Bakteri pembusuk ini dimasukkan ke dalam golongan bakteri Coliform, salah satu yang termasuk didalamnya adalah Escherichia coli. Bakteri coliform ini menghasilkan zat ethionine yang pada penelitian menyebabkan kanker. Bakteri-bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti Indole, skatole yang dapat menimbulkan penyakit bila berlebih didalam tubuh (GAUSE, G. F. 1946). Bakteri coliform merupakan parameter mikrobiologis terpenting kualitas air minum. Kelompok bakteri coliform terdiri atas Eschericia coli, Enterobacter aerogenes, Citrobacter fruendii, dan bakteri lainnya. Meskipun jenis bakteri ini tidak menimbulkan penyakit tertentu secara langsung, keberadaannya di dalam air minum menunjukkan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, air minum harus bebas dari semua jenis coliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri coliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan. Salah satu contoh bakteri patogen-yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas-adalah Shigella, yaitu mikroba penyebab gejala diare, deman, kram perut, dan muntah-muntah (Official Chemical Method, 1979) Jenis bakteri coliform tertentu, misalnya E coli O:157:H7, bersifat patogen dan juga dapat menyebabkan diare atau diare berdarah, kram perut, mual, dan rasa tidak enak badan (Dad,2000). METODE KERJA 3.2 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan antara lain tabung reaksi, tabung durham, cawan petri, pipet ukur 1 dan 10 mL, blue tip, mikropipet, vorteks, gelas obyek dan gelas penutup, bunsen burner, inkubator 370Cdan 44,50C. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan antara lain media Lactosa Broth Tunggal (LBT), media Lactosa Broth Ganda (LBG), media Brilliant Greenbile Lactosa Broth (BGL, media Eosin Methylene Blue (EM, sampel air sumur bor,sampel air kolam dan sampel air sumur biasa serta pewarna Gram. 3.3 Cara Kerja - Uji Penduga (Presumptive test) Uji kualitas air ini menggunakan air sampel. Masing-masing sampel air ini disiapkan sebanyak 500 ml untuk kemudian dibuat 3 seri larutan perlakuan. Untuk larutan seri pertama, sampel air dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi berisi medium LBG 10 mL yang telah berisi tabung durham. Sedangkan larutan seri kedua berupa 1 mL sampel air yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi medium LBT 5 mL yang didalamnya juga mengandung tabung durham. Larutan yang terakhir adalah larutan seri ketiga yang dibuat dengan mencampur 0,1 mL sampel air dalam 5 mL LBT di dalam tabung reaksi berisi tabung durham. Ketiga seri larutan uji ini kemudian diinkubasi pada suhu 35-370C selama 24 jam. Setelah masa inkubasi selesai, diamati tabung yang membentuk gelembung gas. Adanya gelembung ini menunjukkan hasil reaksi positif sehingga dapat diperlakukan untuk uji selanjutnya. Tabung yang belum menunjukkan reaksi positif diinkubasi lagi selama 24 jam pada suhu 350C selama 24 jam. Jika setelah masa inkubasi kedua ini ditemukan adanya gas, maka dilakukan uji yang selanjutnya. Namun apabila tetap tidak terbentuk gas, maka hasilnya dianggap negatif dan tidak perlu dilakukan uji lanjutan. Uji postif juga ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna medium yaitu dari merah menjadi kuning atau oranye. - Uji Penguat (Confirmed Test) Uji penguat dilakukan dengan menginokulasikan satu oose biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif ke media agar EMB (Eosin Methylene Blue). Selanjutnya cawan petri diinkubasi pada suhu 37?C selama 24 jam, kemudian diamati koloni bakteri yang tumbuh. Koloni bakteri yang berwarna hijau metalik menunjukkan koloni bakteri koliform. Selain itu, uji penguat juga dilakukan dengan menginokulasikan 1 mL biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif pada uji penduga ke media BGBL (Brilliant Green Bile Lactose). Tabung berisi media dan biakan tersebut diinkubasi pada suhu 37 dan 44?C selama 24 jam, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan gas yang terbentuk. - Uji Pelengkap (Completed Test) Uji pelengkap dilakukan apabila terdapat hasil positif dari uji penguat, yaitu terdapat koloni bakteri yang berwarna hijau metalik pada media EMB. Koloni tersebut selanjutnya diuji pewarnaan Gram, diinokulasikan ke media LBT dan diinokulasikan ke media NA (Nutrient Agar) miring. Biakan yang diinokulasikan ke dalam media LBT dan NA selanjutnya diinkubasi pada suhu 37?C selama 24 jam. Kemudian diamati perubahan warna dan gas yang terbentuk pada tabung berisi media LBT dan biakan. 4.1 Analisa Prosedur - Uji Penduga (Presumptive test) Uji kualitas air ini menggunakan air sampel. Masing-masing sampel air ini disiapkan sebanyak 500 ml untuk kemudian dibuat 3 seri larutan perlakuan. Untuk larutan seri pertama, sampel air dipipet sebanyak 5 ml dan dimasukkan ke dalam 5 tabung reaksi berisi medium LBG 10 mL yang telah berisi tabung durham. Sedangkan larutan seri kedua berupa 1 mL sampel air yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi berisi medium LBT 5 mL yang didalamnya juga mengandung tabung durham. Larutan yang terakhir adalah larutan seri ketiga yang dibuat dengan mencampur 0,1 mL sampel air dalam 5 mL LBT di dalam tabung reaksi berisi tabung durham. Ketiga seri larutan uji ini kemudian diinkubasi pada suhu 35-370C selama 24 jam. Setelah masa inkubasi selesai, diamati tabung yang membentuk gelembung gas. Adanya gelembung ini menunjukkan hasil reaksi positif sehingga dapat diperlakukan untuk uji selanjutnya. Tabung yang belum menunjukkan reaksi positif diinkubasi lagi selama 24 jam pada suhu 350C selama 24 jam. Jika setelah masa inkubasi kedua ini ditemukan adanya gas, maka dilakukan uji yang selanjutnya. Namun apabila tetap tidak terbentuk gas, maka hasilnya dianggap negatif dan tidak perlu dilakukan uji lanjutan. Uji postif juga ditunjukan dengan terjadinya perubahan warna medium yaitu dari merah menjadi kuning atau oranye. - Uji Penguat (Confirmed Test) Uji penguat dilakukan dengan menginokulasikan satu oose biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif ke media agar EMB (Eosin Methylene Blue). Selanjutnya cawan petri diinkubasi pada suhu 37?C selama 24 jam, kemudian diamati koloni bakteri yang tumbuh. Koloni bakteri yang berwarna hijau metalik menunjukkan koloni bakteri koliform. Selain itu, uji penguat juga dilakukan dengan menginokulasikan 1 mL biakan dari tabung yang memberikan hasil uji positif pada uji penduga ke media BGBL (Brilliant Green Bile Lactose). Tabung berisi media dan biakan tersebut diinkubasi pada suhu 37 dan 44?C selama 24 jam, kemudian diamati perubahan warna yang terjadi dan gas yang terbentuk. - Uji Pelengkap (Completed Test) Uji pelengkap dilakukan apabila terdapat hasil positif dari uji penguat, yaitu terdapat koloni bakteri yang berwarna hijau metalik pada media EMB. Koloni tersebut selanjutnya diuji pewarnaan Gram, diinokulasikan ke media LBT dan diinokulasikan ke media NA (Nutrient Agar) miring. Biakan yang diinokulasikan ke dalam media LBT dan NA selanjutnya diinkubasi pada suhu 37?C selama 24 jam. Kemudian diamati perubahan warna dan gas yang terbentuk pada tabung berisi media LBT dan biakan. 4.2 Analisa Hasil Hasil Praktikum MPN, pada umur bor (A), sumur biasa (B), air kolam (C). Metoda untuk menduga jumlah bakteri dalam suatu produk, dapat menggunakan metoda hitungan mikroskopis, metoda hitungan cawan dan penentuan angka paling memungkinkan (MPN). Organisme yang mati maupun hidup dapat dihitung dengan metoda hitungan mikroskopis, akan tetapi pada MPN hanya organisma hidup yang dapat dihitung. Metoda MPN adalah metoda untuk menghitung jumlah mikroba dengan menggunakan medium cair dalam tabung reaksi yang pada umumnya setiap pengenceran menggunakan 3 atau 5 seri tabung dan perhitungan yang dilakukan merupakan tahap pendekatan secara statisitik (Fardiaz,1989). BGLB berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan flora mikroba yang tidak diharapkan. Media BGLB merupakan media yang akan berwarna hijau metalik jika terdapat reaksi fermen dengan media. Warna ini berasal dari adanya koloni koliform yang bereaksi dengan BGLB. E. Coli merupakan bakteri fermentasi, seringkali menghasilkan warna hijau metalik mengkilap. Bakteri yang menfermentasi dengan lambat akan menghasilkan koloni berwarna merah muda. Brilliant green Lactose Bile Broth, dibuat dari :Peptone 10 g, Lactose 10 g, Oxgall 20 g Brilliant green 0,0133 g, Aquades 1 liter. arutkan Peptone dan Lactose dalam 500 ml Aquades. Tambahkan 20 gram Oxgall dalam 200 ml Aquades. Atur pH 7,0-7,5. Aduk dan tambahkan Aquades hingga 975 ml. Atur pH 7,4 tambahkan 13,3 ml 0,1 % Brilliant green. Tepatkan hingga 1 liter. Pipet ke dalam tabungtabung yang berisi tabung durham. Sterilisasi selama 15 menit pada suhu 121oC. Media ini tersedia secara komersial (Depkes,1996). Media Endo Agar adalah media kultur selektif dan diferensial untuk mendeteksi keberadaan bakteri koliform fekal dan mikroorganisme lainnya. Selektivitas media endo agar tersusun atas sodium sulfate atau kombinasi basic fuchsin, yang menghasilkan suspensi mikroorganisme gram positif. Bakteri koliform memfermentasi laktosa, menghasilkan koloni berwarna merah muda hingga warna merah seperti bunga mawar serta berbagai pewarnaan yang mirip. Koloni organisme yang tidak memfremnetasi laktosa tidak berwarna sehingga tampak kontras dengan latar media yang berwarna merah muda. Berdasarkan gambar hasil praktikum diatas, diketahui bahwa rata-rata air sumur bor, air sumur biasa dan air kolam mengandung bakteri koliform (Dad,2000). Brilliant green Lactose Bile Broth, dibuat dari :Peptone 10 g, Lactose 10 g, Oxgall 20 g Brilliant green 0,0133 g, Aquades 1 liter. arutkan Peptone dan Lactose dalam 500 ml Aquades. Tambahkan 20 gram Oxgall dalam 200 ml Aquades. Atur pH 7,0-7,5. Aduk dan tambahkan Aquades hingga 975 ml. Atur pH 7,4 tambahkan 13,3 ml 0,1 % Brilliant green. Tepatkan hingga 1 liter. Pipet ke dalam tabungtabung yang berisi tabung durham. Sterilisasi selama 15 menit pada suhu 121oC (Fardiaz,1989). Media ini tersedia secara komersial. Untuk menghitung MPN organisme dalam contoh, dicatat jumlah tabung positif pada setiap pengenceran. Kemudian jumlah tabung positif dari masingmasing pengenceran (p1,p2, dan p3) di cocokkan dengan angka pada Tabel Mc Crady metode 3 tabung; diperoleh nilai tabel. Nilai yang didapat ini dikalikan dengan faktor pengenceran pada tabung dengan pengenceran yang paling rendah untuk mendapatkan kelimpahan MPN dari contoh yang asli Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bakteri coccus (Gram -), coccus (Gram +), basil (Gram +). Selain itu berdasarkan hasil MPN dengan berbagai pengenceran dan variasi inkubasi suhu, diperoleh data bahwa air dari sumur bor mempunyai densitas E. Coli yang lebih besar daripada yang lain. Kesimpulan MPN adalah suatu teknik enumerasi pada mikrobia (dalam hal ini coliform fecal), pada suatu bahan cairan. Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan coliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Organisme kelayakan konsumsi air atau bahan pangan cair adalah kelompok bakteri koliform yaitu: spesies Eschrichia, Enterobacter dan Klebsiella.. DAFTAR PUSTAKA Association of Official Analytical Chemistry (AOAC), 2000. Official Methods of Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada Dad.2000.Bacterial Chemistry and Physiology. John Wiley & Sons, Inc., New York, p. 426. Direktorat Jenderal PPM & PLP, Depkes.1996. Pedoman Teknis Sanitasi (Penyehatan) Pengelolaan Makanan Di Rumah Sakit, Jakarta. Fardiaz, S.,.1989. Analisis Mikrobiologi Pangan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, IPB. Food and Drug Administration.1998.Bacteriological Analytical Manual. 8th Edition,. FRIEDHEIM, E., AND MICHAELIS, L. 2001 J. Biol. Chem., 91,55-368. Cit. PORTER, J. R. GAUSE, G. F. 1946 Litmocidin, a new antibiotic substance produced by roactinomyces cyaneus. J. Bacteriol., 51, Official Chemical Method. 1979. Fish Inspection Branch Fisheries And Ocean. Science Press. Canada.

Senin, 27 September 2010

INFEKSI SALURAN KEMIH ( ISK )


ISK adalah
• Penyakit infeksi yang menyerang saluran kemih (saluran kencing)
• Paling banyak ditemukan pada wanita dewasa
• Diperkirakan separuh dari semua wanita dewasa mengalami sedikitnya 1 ali episode Cystitis akut selama hidupnya
• 1 dari 4 wanita tersebut akan mengalami episode rekuren (berulang)


Penyebab infeksi
• Paling banyak disebabkan bakteri
• Bakteri yang paling sering adalah E.coli (70-95%) dan Saprophyticus (5-10%)
• Saluran kemih yang dapat terinfeksi meliputi ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra, namun yang paling sering adalah kandung kemih


Mengapa wanita lebih sering mengalami Infeksi saluran kemih daripada pria ?
• Infeksi saluran kemih berulang sering dialami wanita karena saluran uretra (saluran dari kandung kencing) pendek.
• Dengan demikian kuman-kuman yang sudah ada mudah masuk ke saluran kencing bahkan dapat berasal dari daerah vagina


Seberapa seriuskah Infeksi Pada Saluran Kemih?
• Infeksi pada ginjal memerlukan pengobatan yang lama dan perawatan di rumah sakit
• Infeksi pada kandung kemih dapat menimbulkan nyeri, bahkan dapat menjalar ke ginjal yang dapat menimbulkan masalah serius


Pemeriksaan apa yang diperlukan untuk mengetahui ISK ?
• Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosa ISK adalah urin rutin dan kultur urin
• Urin yang digunakan untuk pemeriksaan sebaiknya adalah urin pagi yaitu urin yang pertama kali dikeluarkan pada pagi hari
• Pemeriksaan urin rutin meliputi Px.Makroskopis, px sedimen mikroskopis dan px.kimia


Apa Gejala ISK yang paling umum ?
• Merasa selalu ingin buang air kecil
• Terasa panas saat buang air kecil
• Kesulitan saat buang air kecil
• Keluar darah apada saat buang air kecil (air seni berwarna pink)
• Rasa sakit diatas tulang pubic
• Bau yang tidak sedap saat buang air kecil di pagi hari


Tips mencegah Infeksi saluran kencing
• Banyak minum air putih untuk mendorong bakteri keluar
• Jangan menahan buang air kecil, segeralah buang air kecil saat terasa
• Basuh kemaluan dari arah depan ke belakang
• Segeralah buang air kecil setelah berhubungan seksual
• Menggunakan pelicin/lubrikasi saat berhubungan seksual apabila cairan vagina terlalu sedikit
• Jika anda menderita saluran kemih berulang maka hindari pengguanan alat kontrasepsi diagfragma.Sebaiknya konsultasi ke dokter untuk memilih alat kontrasepsi yang lain

Selasa, 13 Juli 2010

PENCEMARAN AIR


MIKROBA INDIKATOR PENCEMARAN AIR

Air mempunyai potensi untuk menyebarkan penyakit melalui cara water washed disease. Pada water washed disease, infeksi dapat disebabkan dari orang ke orang lain melalui penyediaan air. Bakteri Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indicator adanya polusi kotoran dan kondisi sanitasi yang tidak baik terhadap air. Bakteri Escherichia coli termasuk dalam bakteri Coliform yang dapat menyebabkan penyakit diare. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jumlah coliform dan mengidentifikasi keberadaan E.coli pada air cucian pedagang siomay keliling di Kelurahan Tembalang, Kecamatan Tembalang Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif menggunakan metode survei dengan pendekatan secara cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh air cucian pedagang siomay keliling di Kelurahan Tembalang Kecamatan Tembalang Semarang. Sampel penelitian ini adalah air cucian dari 17 pedagang siomay keliling yang diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling.Data penelitian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua air cucian yang diperiksa mengandung angka kuman coliform lebih dari 2.400/ml, sedngkan dari hasil identifikasi E.coli diketahui bahwa 11 sampel menunjukkan hasil yang positif terhadap keberadaan E.coli. Kesimpulan dari penelitian ini adalah semua air cucian pedagang siomay keliling tidak memenuhi standar kualityas mikrobiologis sehingga tidak layak digunakan untuk mencuci peralatan makan. Oleh karena itu, disarankan kepada pedagang siomay keliling agar lebih memperhatikan sanitasi air cucian. (JANOE)

Selasa, 01 Juni 2010

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

haL SEPUTAR lABORAT

1. Hitung jenis leukosit dengan jumlah leukosit dibawah 3000/mm3 darah. Caranya : biarkan darah mengendap dan terpisah antara eritrosit dan plasma. Pipet cairan tengah darah (buffycoat) dengan pipet atau mikropipet, letakkan diatas objek glass dan buat hapusan darah dan warnai. Dijamin pasti mudah untuk menemukan leukosit. Tips ini hanya berlaku untuk hitung jenis leukosit (diff count).

2. Urine untuk periksa narkoba. Kadang kita harus memastikan urine atau air teh terhadap spesimen yang dikumpulkan dari pasien. Untuk memastikan bahwa spesimen tersebut urine atau bukan, maka lakukan uji skrining BaCl2 10% milik reagent bilirubin Harrison, bila terjadi endapan kabut putih berarti memang urine karena dalam urine banyak carbonat, phosphat dan sulfat. Cara spesifik dengan reagent kreatinin kimia darah (Asam pikrat+NaOH), 2 ml urine + 1 tetes reagen kreatinin, maka akan terbentuk warna orange. Hal ini karena tidak satupun cairan dalam tubuh yang memiliki kadar creatinine yang tinggi selain urine. Saran saya sebaiknya spesimen untuk periksa Narkoba pasien diambil di WC laboratorium saat itu juga.

3. Membedakan darah wanita dan pria. Periksa hapusan darah dengan melihat segmen netrofil. Pada leukosit wanita terdapat DRUM STICK, suatu penonjolan segmen kecil pada segmen inti netrofil matang. Ditemukan pada sel betina, karena agregasi kromosom. Disebut juga barr body.

4. Pemeriksaan Urine dengan stick urine. Setiap parameter yang diperiksa memiliki waktu untuk dibaca menurut alat urinalysis analyzer, parameter yang paling dekat dengan tangan saat dipegang paling awal dibaca dan ujung paling akhir dibaca. Yang penting tunggulah selama 2 menit untuk membaca stick parameter leukosit. Kesalahan analis pada leukosit ini, secara stick normal atau negatif dilaporkan, namun mikroskopik didapatkan hingga 30/lpb leukosit. Setelah dikoreksi oleh analis senior ternyata salah pelaporan di stick.

5. Spesimen positif BTA (pengalaman pribadi) : sputum tampak keruh, purulen, hijau kuning, benang lendir rapuh sehingga mudah diambil dengan lidi atau bambu. Umumnya sputum dengan BTA negatif saat dibuat sediaan sulit untuk diambil bahkan benang lendir sulit putus. Fenomena ini karena bakteri BTA mampu melepaskan enzim penghancur sputum untuk mempermudah invasinya, itupun tergantung jumlahnya. Namun begitu tidak harus di vonis bahwa setiap yang benang lendir tidak mudah putus negatif, ini hanya pendekatan diagnosis.

6. Periksa Darah Samar dalam Faeces kesulitan karena pakai benzidine. Hal ini dapat dipermudah dengan menggunakan stick urine, potong bagian stick untuk ujian BLOOD pada stick dan celupkan ke dalam faeces yang telah dihomogenkan dengan NaCl 0.9% dalam botol atau tabung (sepucuk faeces + 1 ml NaCl 0.9%). Baca hasilnya seperti pembacaan urine.

7. Kadar AST dan ALT tidak terbaca atau sangat rendah sekali. Pada alat BTS 330 biosystems ada grafik pengukuran, yang mana bila tidak linear atau garis patah mendadak, menandakan bahwa kadar AST dan ALT sampel tinggi atau sangat tinggi sehingga akan terbaca sangat rendah atau error atau dil. Bila tidak melihat grafik maka analis akan mengeluarkan hasil mungkin AST dan ALT 5 U/l, padahal tinggi. Lakukan pengenceran serum 1+9, kalikan hasil 10x dengan pengukuran. Baca pada brosur akan ditetapkan kadar absorben maksimum pengukuran atau linearitas. Menurut teori bahwa kadar enzim yang tinggi menyebabkan substrat segera habis di konsumsi secara mendadak.

8. Diferensial diagnosis Demam pada pasien suspect Febris. Mungkin ada keraguan dengan hasil lab anda apakah benar DBD, Typhoid Fever atau Malaria . Inilah kira-kira yang perlu disimak. Pada kasus Typhoid Fever : pasien dengan klinis demam panas, pucat, bibir pecah-pecah dan kering, lidah kotor, leukopenia. Pada kasus Demam Berdarah : demam, pasien kejang, lemas, nyeri sendi, mungkin tidak sadar atau shock, saat pengambilan darah akan mengalami kesulitan karena vena colaps sirkulasi, hematokrit naik, thrombosit menurun. Pada kasus Malaria : pasien febris, ikterus pada mata dan kulit, saat di IGD mungkin muntah karena nyeri karena hepatomegali, pengambilan darah mudah karena anemia. Untuk jelasnya lihat dan lirik status diagnosis pasien yang dibuat oleh dokter.

9. Membedakan eritrosit dan yeast cell dalam sedimen urine yang penuh. Sering salah pelaporan padahal yeast cell. Tambahkan 1 tetes KOH 10% atau asam asetat 5% ke dalam sedimen, maka eritrosit akan lisis dan yeast cell akan tampak jelas.

10. Test PPT dengan urine yang mengandung sel darah. Lakukan sentrifugasi urine dan supernatant digunakan untuk pemeriksaan PPT. Bila diperlukan PPT pengenceran, lakukan pengenceran urine dengan NaCl 0,9%. Dan pengenceran tertinggi dikalikan dengan sensitifitas test. Biasanya digunakan oleh dokter obgyn untuk membedakan kehamilan normal, mola hidatidosa dan tumor/kanker.

11. Sedimen lebih tahan lama. Ambil 1 tetes zat warna sternheimer malbins dan campur dengan sedimen, segera simpan dalam kulkas, mampu bertahan selama 24 jam tanpa ada kerusakan dan pertumbuhan bakteri.

12. Pertukaran udara segar laboratorium Puskesmas. Belilah exhaust fan dan pasang dibagian belakang sebelah dalam laboratorium pada ventilasi udara. Tutup semua lubang udara dan tutup pintu laboratorium. Arah kipas exhaust fan membuang udara dalam laboratorium. Cara ini lebih efektif untuk memperoleh udara yang lebih segar, sejuk, terhindar dari infeksi bakteri karena statis udara dan pastinya sesuai dengan K3 laboratorium.

13. Lensa Mikroskop. Membedakan lensa mikroskop pada lensa objektif, yaitu : cincin merah 4x, cincin kuning 10x, cincin biru 40x dan cincin putih 100x.

14. Hematology Analyzer. Setiap laboratorium mengklaim bahwa hasilnya lebih akurat bahkan pakai darah kontrol dibandingkan laboratorium lain. Alasan ini bisa dipatahkan bila pra analitiknya buruk, misal darah tidak segera dicampur dengan antikoagulan, kelebihan antikoagulan, tidak segera diperiksa (dalam waktu 1 jam lebih bagus), tidak dikocok sebelum diperiksa dan botol yang digunakan dari plastik/polietilen. Belilah alat pengocok/penggiling darah (nutator), darah tetap homogen selama didiamkan sebelum diperiksa dengan alat hematology analyzer.

15. Salah persepsi tentang alkohol 70%. Alkohol 70% dalam penggunaannya sehari-hari sebagai antiseptik extern. Dalam farmasi dikatakan bahwa antiseptik digunakan untuk jaringan hidup seperti kulit manusia. Antiseptik bekerja hanya menghambat pertumbuhan bakteri, bukan membunuh total bakteri. Jadi merupakan kesalahan besar apabila lancet yang telah dipakai disterilkan dengan alkohol 70%. Desinfektan lah yang membunuh bakteri. Usaha yang lebih baik adalah dengan cara merebus lancet dalam air mendidih 100 derajat celcius selama 10 menit. Tapi saran saya lebih baik pakailah lancet hanya untuk satu kali saja. Single use only (disposable, bukan disposible).

16. Koreksi Standar Sahli. Lakukan pemeriksaan Hb menggunakan alat sahli sebanyak 5x atau 10x dengan darah yang sama, bila hasil pengukuran dengan selisih lebih dari 1 g/dl Hb dikeluarkan dan kerja yang baru lagi. Ambil rata-rata kadarnya. Dengan darah yang sama lakukan pengukuran dengan metode cyanmethemoglobin atau hematology analyzer di RS, hasil pengukuran cara cyanmethemoglobin dibagi rata-rata sahli sebagai faktor koreksi sahli. Bila mengukur kadar Hb sahli x faktor koreksi = kadar Hb pasien. Cara ini hanya bersifat koreksi saja walaupun kedua metode memiliki prinsip pemeriksaan yang berbeda dan jenis HB yang diukur berbeda pula.

17. Selalu gunakan APD dalam bekerja seperti : Jas lab, Sarung tangan karet, masker dan alas kaki. Hal ini untuk keselamatan analis tersebut dan juga membiasakan diri untuk bekerja dengan APD. Bagaimana mau dapat uang tunjangan resiko infeksi, sedangkan kesadaran berbudaya pakai APD belum ada. Untuk RS masukkan penggunaan sarung tangan karet dan masker sebagai paket tarif pasien.

18. Kehabisan Asam Asetat 6% untuk pemeriksaan Protein urine. Ambil asam cuka makan sebagai penggantinya, karena menurut penelitian temanku di D3 analis Kesehatan tidak ada perbedaan keduanya.

19. Malaria. Stadium yang sering muncul untuk falciparum hanyalah ring (tropozoit muda) kecil dan gametosit, sedangkan vivax, hampir semua stadium muncul, namun yang khas tropozoit berkembang dengan sitoplasma amuboid.

20. Pulasan Tanding (Counter Stain). Saat pewarnaan Giemsa dan Wright kurang menguntungkan, perlu dilakukan Pulasan tanding, hal ini karena giemsa melarutkan granula basofil, tidak cocok untuk evaluasi hapusan darah tepi, sedangkan wright struktur parasit tidak terwarnai dengan jelas. Caranya : Preparat yang telah dibuat, difiksasi dengan Wright seperti biasa dan Buffer Wright diganti dengan Giemsa + Buffer, tambahkan pada Wright tadi dan campur dengan meniup cairan. Dengan cara ini dapat diambil keuntungan kedua zat warna ini. Bila tidak memiliki Wright dapat digunakan Kiewit de Jong atau Maygrunwald.

Kamis, 29 April 2010

HASIL KEGIATAN PEMERIKSAAN DI UPT LABORATORIUM KESEHATAN DKK WONOGIRI TAHUN 2009

Hasil kegiatan pemeriksaan Laboratorium di UPT Laboratorium Kesehatan DKK Wonogiri
tahun 2009

NO. Jenis Sarana Jml sampel diperiksa Hasil MS

1. Air Minum/PDAM 87 37
2. Damiu 1 1
3. Air Bersih 71 16
4. Air Limbah 2 1
5. Makanan & Minuman 30 30

jumlah 191 85

Minggu, 24 Januari 2010

JADWAL SAMPLING PDAM

Jadwal Kegiatan Kerjasama Pengawasan Kualitas Air pada Jaringan PDAM Antara DKK Wonogiri dengan PDAM Kab. Wonogiri tahun 2010 LOKASI IS DAN PENGAMBILAN SAMPEL NO. KECAMATAN/ TANGGAL BAKTERIOLOGIS KIMIA PELAKSANA KET PUSKESMAS JML.SPL SARANA JML.SPL SARANA TAHAP I 1 Wonogiri I 26 Januari 2010 5 Bron. Capt. Petugas PKL Reservoir 1 Reserv bersama dengan SR (3 spl) Petugas PDAM Selogiri 26 Januari 2010 2 Reservoir S R Ngadirojo 26 Januari 2010 1 Bron. Capt. 1 Bron.Capt Wuryantoro 26 Januari 2010 1 Bron. Capt. Giriwoyo II 26 Januari 2010 1 Bron. Capt. 2 Wonogiri II 8 Pebruari 2010 5 S R 1 S R Petugas PKL Eromoko I 8 Pebruari 2010 1 BC. Eromoko bersama dengan Manyaran 8 Pebruari 2010 1 BC. Umbul Petugas PDAM Pracimantoro I 8 Pebruari 2010 1 BC. Nangsri Giritontro 8 Pebruari 2010 1 BC. Lwgsapi 1 Bron.Capt. Baturetno I 8 Pebruari 2010 1 BC. Sumawur Girimarto 8 Pebruari 2010 1 Bron Capt. 1 Bron.Capt. 3 Wonogiri I 8 Maret 2010 5 S R 1 S R Petugas PKL Batuwarno 8 Maret 2010 1 BC. Sum.Gede bersama dengan Jatisrono I 8 Maret 2010 2 BC.Supit Urang Petugas PDAM Reservoir 1 Reserv. Slogohimo 8 Maret 2010 1 BC. Silamuk Purwantoro I 8 Maret 2010 1 BC. Bakalan Sidoharjo 8 Maret 2010 1 Reservoir TAHAP II 1 Wonogiri II 12 April 2010 5 BC, Reservoir 1 Petugas PKL Selogiri 12 April 2010 2 SR 1 SR bersama dengan S R Petugas PDAM Ngadirojo 12 April 2010 1 Reservoir Wuryantoro 12 April 2010 1 Reservoir Giriwoyo II 12 April 2010 1 Reservoir 2 Wonogiri I 10 Mei 2010 5 S R 1 Petugas PKL Eromoko I 10 Mei 2010 1 Reservoir bersama dengan Manyaran 10 Mei 2010 1 Reservoir Petugas PDAM Pracimantoro I 10 Mei 2010 1 Reservoir 1 Reserv Giritontro 10 Mei 2010 1 Reservoir Baturetno I 10 Mei 2010 1 Reservoir 1 Reserv Girimarto 10 Mei 2010 1 Reservoir 3 Wonogiri II 7 Juni 2010 5 S R 1 S R Batuwarno 7 Juni 2010 1 Reservoir 1 Reservoir Petugas PKL Jatisrono I 7 Juni 2010 2 S R bersama dengan S R Petugas PDAM Slogohimo 7 Juni 2010 1 Reservoir 1 Reservoir Purwantoro I 7 Juni 2010 1 Reservoir Sidoharjo 7 Juni 2010 1 S R TAHAP III 1 Wonogiri I 12 Juli 2010 5 S R 1 Petugas PKL Selogiri 12 Juli 2010 2 Reservoir bersama dengan S R Petugas PDAM Ngadirojo 12 Juli 2010 1 S R Wuryantoro 12 Juli 2010 1 S R 1 SR Giriwoyo II 12 Juli 2010 1 S R 2 Wonogiri II 9 Agustus 2010 5 S R 1 Eromoko I 9 Agustus 2010 1 S R Manyaran 9 Agustus 2010 1 S R 1 S R Petugas PKL Pracimantoro I 9 Agustus 2010 1 S R bersama dengan Giritontro 9 Agustus 2010 1 S R Petugas PDAM Baturetno I 9 Agustus 2010 1 S R Girimarto 9 Agustus 2010 1 S R 3 Wonogiri I 20 September 2010 5 S R 1 Batuwarno 20 September 2010 1 S R Petugas PKL Jatisrono I 20 September 2010 2 S R terdekat bersama dengan S R terjauh Petugas PDAM Slogohimo 20 September 2010 1 S R Purwantoro I 20 September 2010 1 S R Sidoharjo 20 September 2010 1 S R 1 SR TAHAP IV 1 Wonogiri II 11 Oktober 2010 5 S R 1 SR Petugas PKL Selogiri 11 Oktober 2010 2 S R bersama dengan S R Petugas PDAM Ngadirojo 11 Oktober 2010 1 S R Wuryantoro 11 Oktober 2010 1 S R Giriwoyo II 11 Oktober 2010 1 S R 1 S R 2 Wonogiri I 8 Nopember 2010 5 SR Eromoko I 8 Nopember 2010 1 S R 1 SR Petugas PKL Manyaran 8 Nopember 2010 1 S R bersama dengan Pracimantoro I 8 Nopember 2010 1 S R Petugas PDAM Giritontro 8 Nopember 2010 1 S R Baturetno I 8 Nopember 2010 1 S R Girimarto 8 Nopember 2010 1 S R 3 Batuwarno 9 Desember 2010 1 S R Petugas PKL Jatisrono I 9 Desember 2010 2 S R bersama dengan S R Petugas PDAM Slogohimo 9 Desember 2010 1 SR Purwantoro I 9 Desember 2010 1 S R 1 SR Sidoharjo 9 Desember 2010 1 S R J U M L A H 123 25 Jadwal Kegiatan Kerjasama Pengawasan Kualitas Air pada Jaringan PDAM Antara DKK Wonogiri dengan PDAM Kab. Wonogiri tahun 2008 LOKASI IS DAN PENGAMBILAN SAMPEL NO. KECAMATAN/ TANGGAL BAKTERIOLOGIS KIMIA PELAKSANA KET PUSKESMAS JML.SPL SARANA JML.SPL SARANA TAHAP I 1 Wonogiri II 7 Januari 2008 5 Bron. Capt. Petugas PKL Reservoir bersama dengan SR (3 spl) Petugas PDAM Selogiri 7 Januari 2008 2 Reservoir 1 Reserv S R Ngadirojo 7 Januari 2008 1 Bron. Capt. Wuryantoro 7 Januari 2008 1 Bron. Capt. Giriwoyo II 7 Januari 2008 1 Bron. Capt. 2 Eromoko I 11 Pebruari 2008 1 BC. Eromoko Petugas PKL Manyaran 11 Pebruari 2008 1 BC. Umbul bersama dengan Pracimantoro I 11 Pebruari 2008 1 BC. Nangsri 1 Bron.Capt. Petugas PDAM Giritontro 11 Pebruari 2008 1 BC. Lwgsapi Baturetno I 11 Pebruari 2008 1 BC. Sumawur 1 Bron.Capt. Girimarto 11 Pebruari 2008 1 Bron Capt. 3 Batuwarno 10 Maret 2008 1 BC. Sum.Gede 1 Bron.Capt Petugas PKL Jatisrono I 10 Maret 2008 2 BC.Supit Urang 1 Bron.Capt bersama dengan Reservoir Petugas PDAM Slogohimo 10 Maret 2008 1 BC. Silamuk Purwantoro I 10 Maret 2008 1 BC. Bakalan Sidoharjo 10 Maret 2008 1 Reservoir TAHAP II 1 Wonogiri II 7 April 2008 5 SR. Giriwono, 1 SR Giripurwo Petugas PKL Giritirto bersama dengan Selogiri 7 April 2008 2 SR Petugas PDAM S R Ngadirojo 7 April 2008 1 Reservoir 1 Reservoir Wuryantoro 7 April 2008 1 Reservoir Giriwoyo II 7 April 2008 1 Reservoir 2 Eromoko I 8 Mei 2008 1 Reservoir Petugas PKL Manyaran 8 Mei 2008 1 Reservoir bersama dengan Pracimantoro I 8 Mei 2008 1 Reservoir Petugas PDAM Giritontro 8 Mei 2008 1 Reservoir 1 Reservoir Baturetno I 8 Mei 2008 1 Reservoir Girimarto 8 Mei 2008 1 Reservoir 1 Reservoir 3 Batuwarno 9 Juni 2008 1 Reservoir Petugas PKL Jatisrono I 9 Juni 2008 2 S R bersama dengan S R Petugas PDAM Slogohimo 9 Juni 2008 1 Reservoir 1 Reservoir Purwantoro I 9 Juni 2008 1 Reservoir Sidoharjo 9 Juni 2008 1 S R TAHAP III 1 Wonogiri I 7 Juli 2008 5 S R 1 SR Petugas PKL Selogiri 7 Juli 2008 2 Reservoir bersama dengan S R Petugas PDAM Ngadirojo 7 Juli 2008 1 S R Wuryantoro 7 Juli 2008 1 S R 1 SR Giriwoyo II 7 Juli 2008 1 S R 2 Eromoko I 7 Agustus 2008 1 S R 1 S R Manyaran 7 Agustus 2008 1 S R Petugas PKL Pracimantoro I 7 Agustus 2008 1 S R bersama dengan Giritontro 7 Agustus 2008 1 S R Petugas PDAM Baturetno I 7 Agustus 2008 1 S R Girimarto 7 Agustus 2008 1 S R 3 Batuwarno 8 September 2008 1 S R Petugas PKL Jatisrono I 8 September 2008 2 S R terdekat bersama dengan S R terjauh Petugas PDAM Slogohimo 8 September 2008 1 S R Purwantoro I 8 September 2008 1 S R 1 S R Sidoharjo 8 September 2008 1 S R TAHAP IV 1 Wonogiri I 13 Oktober 2008 5 BC, Reservoir 1 Petugas PKL Selogiri 13 Oktober 2008 2 S R bersama dengan S R Petugas PDAM Ngadirojo 13 Oktober 2008 1 S R Wuryantoro 13 Oktober 2008 1 S R Giriwoyo II 13 Oktober 2008 1 S R 1 S R 2 Wonogiri I 10 Nopember 2008 5 S R 1 Eromoko I 10 Nopember 2008 1 S R Petugas PKL Manyaran 10 Nopember 2008 1 S R 1 SR bersama dengan Pracimantoro I 10 Nopember 2008 1 S R Petugas PDAM Giritontro 10 Nopember 2008 1 S R Baturetno I 10 Nopember 2008 1 S R Girimarto 10 Nopember 2008 1 S R 3 Wonogiri II 11 Desember 2008 5 SR 1 Batuwarno 11 Desember 2008 1 S R Petugas PKL Jatisrono I 11 Desember 2008 2 S R bersama dengan S R Petugas PDAM Slogohimo 11 Desember 2008 1 SR Purwantoro I 11 Desember 2008 1 S R Sidoharjo 11 Desember 2008 1 S R 1 S R J U M L A H 98 20