Selasa, 01 Juni 2010

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

haL SEPUTAR lABORAT

1. Hitung jenis leukosit dengan jumlah leukosit dibawah 3000/mm3 darah. Caranya : biarkan darah mengendap dan terpisah antara eritrosit dan plasma. Pipet cairan tengah darah (buffycoat) dengan pipet atau mikropipet, letakkan diatas objek glass dan buat hapusan darah dan warnai. Dijamin pasti mudah untuk menemukan leukosit. Tips ini hanya berlaku untuk hitung jenis leukosit (diff count).

2. Urine untuk periksa narkoba. Kadang kita harus memastikan urine atau air teh terhadap spesimen yang dikumpulkan dari pasien. Untuk memastikan bahwa spesimen tersebut urine atau bukan, maka lakukan uji skrining BaCl2 10% milik reagent bilirubin Harrison, bila terjadi endapan kabut putih berarti memang urine karena dalam urine banyak carbonat, phosphat dan sulfat. Cara spesifik dengan reagent kreatinin kimia darah (Asam pikrat+NaOH), 2 ml urine + 1 tetes reagen kreatinin, maka akan terbentuk warna orange. Hal ini karena tidak satupun cairan dalam tubuh yang memiliki kadar creatinine yang tinggi selain urine. Saran saya sebaiknya spesimen untuk periksa Narkoba pasien diambil di WC laboratorium saat itu juga.

3. Membedakan darah wanita dan pria. Periksa hapusan darah dengan melihat segmen netrofil. Pada leukosit wanita terdapat DRUM STICK, suatu penonjolan segmen kecil pada segmen inti netrofil matang. Ditemukan pada sel betina, karena agregasi kromosom. Disebut juga barr body.

4. Pemeriksaan Urine dengan stick urine. Setiap parameter yang diperiksa memiliki waktu untuk dibaca menurut alat urinalysis analyzer, parameter yang paling dekat dengan tangan saat dipegang paling awal dibaca dan ujung paling akhir dibaca. Yang penting tunggulah selama 2 menit untuk membaca stick parameter leukosit. Kesalahan analis pada leukosit ini, secara stick normal atau negatif dilaporkan, namun mikroskopik didapatkan hingga 30/lpb leukosit. Setelah dikoreksi oleh analis senior ternyata salah pelaporan di stick.

5. Spesimen positif BTA (pengalaman pribadi) : sputum tampak keruh, purulen, hijau kuning, benang lendir rapuh sehingga mudah diambil dengan lidi atau bambu. Umumnya sputum dengan BTA negatif saat dibuat sediaan sulit untuk diambil bahkan benang lendir sulit putus. Fenomena ini karena bakteri BTA mampu melepaskan enzim penghancur sputum untuk mempermudah invasinya, itupun tergantung jumlahnya. Namun begitu tidak harus di vonis bahwa setiap yang benang lendir tidak mudah putus negatif, ini hanya pendekatan diagnosis.

6. Periksa Darah Samar dalam Faeces kesulitan karena pakai benzidine. Hal ini dapat dipermudah dengan menggunakan stick urine, potong bagian stick untuk ujian BLOOD pada stick dan celupkan ke dalam faeces yang telah dihomogenkan dengan NaCl 0.9% dalam botol atau tabung (sepucuk faeces + 1 ml NaCl 0.9%). Baca hasilnya seperti pembacaan urine.

7. Kadar AST dan ALT tidak terbaca atau sangat rendah sekali. Pada alat BTS 330 biosystems ada grafik pengukuran, yang mana bila tidak linear atau garis patah mendadak, menandakan bahwa kadar AST dan ALT sampel tinggi atau sangat tinggi sehingga akan terbaca sangat rendah atau error atau dil. Bila tidak melihat grafik maka analis akan mengeluarkan hasil mungkin AST dan ALT 5 U/l, padahal tinggi. Lakukan pengenceran serum 1+9, kalikan hasil 10x dengan pengukuran. Baca pada brosur akan ditetapkan kadar absorben maksimum pengukuran atau linearitas. Menurut teori bahwa kadar enzim yang tinggi menyebabkan substrat segera habis di konsumsi secara mendadak.

8. Diferensial diagnosis Demam pada pasien suspect Febris. Mungkin ada keraguan dengan hasil lab anda apakah benar DBD, Typhoid Fever atau Malaria . Inilah kira-kira yang perlu disimak. Pada kasus Typhoid Fever : pasien dengan klinis demam panas, pucat, bibir pecah-pecah dan kering, lidah kotor, leukopenia. Pada kasus Demam Berdarah : demam, pasien kejang, lemas, nyeri sendi, mungkin tidak sadar atau shock, saat pengambilan darah akan mengalami kesulitan karena vena colaps sirkulasi, hematokrit naik, thrombosit menurun. Pada kasus Malaria : pasien febris, ikterus pada mata dan kulit, saat di IGD mungkin muntah karena nyeri karena hepatomegali, pengambilan darah mudah karena anemia. Untuk jelasnya lihat dan lirik status diagnosis pasien yang dibuat oleh dokter.

9. Membedakan eritrosit dan yeast cell dalam sedimen urine yang penuh. Sering salah pelaporan padahal yeast cell. Tambahkan 1 tetes KOH 10% atau asam asetat 5% ke dalam sedimen, maka eritrosit akan lisis dan yeast cell akan tampak jelas.

10. Test PPT dengan urine yang mengandung sel darah. Lakukan sentrifugasi urine dan supernatant digunakan untuk pemeriksaan PPT. Bila diperlukan PPT pengenceran, lakukan pengenceran urine dengan NaCl 0,9%. Dan pengenceran tertinggi dikalikan dengan sensitifitas test. Biasanya digunakan oleh dokter obgyn untuk membedakan kehamilan normal, mola hidatidosa dan tumor/kanker.

11. Sedimen lebih tahan lama. Ambil 1 tetes zat warna sternheimer malbins dan campur dengan sedimen, segera simpan dalam kulkas, mampu bertahan selama 24 jam tanpa ada kerusakan dan pertumbuhan bakteri.

12. Pertukaran udara segar laboratorium Puskesmas. Belilah exhaust fan dan pasang dibagian belakang sebelah dalam laboratorium pada ventilasi udara. Tutup semua lubang udara dan tutup pintu laboratorium. Arah kipas exhaust fan membuang udara dalam laboratorium. Cara ini lebih efektif untuk memperoleh udara yang lebih segar, sejuk, terhindar dari infeksi bakteri karena statis udara dan pastinya sesuai dengan K3 laboratorium.

13. Lensa Mikroskop. Membedakan lensa mikroskop pada lensa objektif, yaitu : cincin merah 4x, cincin kuning 10x, cincin biru 40x dan cincin putih 100x.

14. Hematology Analyzer. Setiap laboratorium mengklaim bahwa hasilnya lebih akurat bahkan pakai darah kontrol dibandingkan laboratorium lain. Alasan ini bisa dipatahkan bila pra analitiknya buruk, misal darah tidak segera dicampur dengan antikoagulan, kelebihan antikoagulan, tidak segera diperiksa (dalam waktu 1 jam lebih bagus), tidak dikocok sebelum diperiksa dan botol yang digunakan dari plastik/polietilen. Belilah alat pengocok/penggiling darah (nutator), darah tetap homogen selama didiamkan sebelum diperiksa dengan alat hematology analyzer.

15. Salah persepsi tentang alkohol 70%. Alkohol 70% dalam penggunaannya sehari-hari sebagai antiseptik extern. Dalam farmasi dikatakan bahwa antiseptik digunakan untuk jaringan hidup seperti kulit manusia. Antiseptik bekerja hanya menghambat pertumbuhan bakteri, bukan membunuh total bakteri. Jadi merupakan kesalahan besar apabila lancet yang telah dipakai disterilkan dengan alkohol 70%. Desinfektan lah yang membunuh bakteri. Usaha yang lebih baik adalah dengan cara merebus lancet dalam air mendidih 100 derajat celcius selama 10 menit. Tapi saran saya lebih baik pakailah lancet hanya untuk satu kali saja. Single use only (disposable, bukan disposible).

16. Koreksi Standar Sahli. Lakukan pemeriksaan Hb menggunakan alat sahli sebanyak 5x atau 10x dengan darah yang sama, bila hasil pengukuran dengan selisih lebih dari 1 g/dl Hb dikeluarkan dan kerja yang baru lagi. Ambil rata-rata kadarnya. Dengan darah yang sama lakukan pengukuran dengan metode cyanmethemoglobin atau hematology analyzer di RS, hasil pengukuran cara cyanmethemoglobin dibagi rata-rata sahli sebagai faktor koreksi sahli. Bila mengukur kadar Hb sahli x faktor koreksi = kadar Hb pasien. Cara ini hanya bersifat koreksi saja walaupun kedua metode memiliki prinsip pemeriksaan yang berbeda dan jenis HB yang diukur berbeda pula.

17. Selalu gunakan APD dalam bekerja seperti : Jas lab, Sarung tangan karet, masker dan alas kaki. Hal ini untuk keselamatan analis tersebut dan juga membiasakan diri untuk bekerja dengan APD. Bagaimana mau dapat uang tunjangan resiko infeksi, sedangkan kesadaran berbudaya pakai APD belum ada. Untuk RS masukkan penggunaan sarung tangan karet dan masker sebagai paket tarif pasien.

18. Kehabisan Asam Asetat 6% untuk pemeriksaan Protein urine. Ambil asam cuka makan sebagai penggantinya, karena menurut penelitian temanku di D3 analis Kesehatan tidak ada perbedaan keduanya.

19. Malaria. Stadium yang sering muncul untuk falciparum hanyalah ring (tropozoit muda) kecil dan gametosit, sedangkan vivax, hampir semua stadium muncul, namun yang khas tropozoit berkembang dengan sitoplasma amuboid.

20. Pulasan Tanding (Counter Stain). Saat pewarnaan Giemsa dan Wright kurang menguntungkan, perlu dilakukan Pulasan tanding, hal ini karena giemsa melarutkan granula basofil, tidak cocok untuk evaluasi hapusan darah tepi, sedangkan wright struktur parasit tidak terwarnai dengan jelas. Caranya : Preparat yang telah dibuat, difiksasi dengan Wright seperti biasa dan Buffer Wright diganti dengan Giemsa + Buffer, tambahkan pada Wright tadi dan campur dengan meniup cairan. Dengan cara ini dapat diambil keuntungan kedua zat warna ini. Bila tidak memiliki Wright dapat digunakan Kiewit de Jong atau Maygrunwald.