Senin, 21 Desember 2009

Pelatihan Bahan tambahan makanan

Peningkatan SDM Laboratorium DKK Wonogiri

Untuk meningkatkan mutu pelayanann laboratorium kesehatan dapat dilaksanakan dengan berbagai upaya, antara lain dengan meningkatkan kemampuan manajemen dan kemampuan teknis tenaga laboratorium kesehatan, peningkatan tehnologi laboratorium dan pelaksanaan kegiatan pemantapan mutu.

Sesuai dengan visi, misi, tugas pokok dan fungsi UPT Laboratorium Kesehatan Kabupaten Wonogiri, sebagai pusat rujukan pemeriksaan laboratorium kesehatan dengan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat menuju Wonogiri Sehat Sejahtera.

Untuk mencapai visi tersebut harus didukung antara lain tenaga yang professional. Sehingga di perlukan peningkatan SDM dengan pelatihan / kursus / magang teknis laboratorium. Dalam rangka menunjang kegiatan pemeriksaan Laboratorium di UPT Laboratorium DKK Wonogiri, mengadakan pelatihan pemereiksaan bakteriologi dan Kimia makanan dan minumam.
Bahan dan materi pelatihan secara garis besar adalah sebagai berikut :
1. Angka kuman
Pemeriksaan angka kuman terdapat dua metode, metode tuang dan metode sebaran / taburan. Metode tuang dengan prinsip kuman yang berada dalam sample dengan tingkat pengenceran tertentu dicampur secara merata dengan media universal pada suhu tertentu dan kuman yang berada dipermukaan akan tumbuh sebagai koloni, sedangkan prinsip pada metode sebaran adalah kuman yang berada dalam sample dengan tingkat pengenceran tertentu disebarkan secara merata dengan media universal yang akan tumbuh sebagai koloni kuman pada suhu dan inkubasi tertentu. Sampel yang diambil berupa makanan, minuman atau bahan cairan yang lain. Adapun langkah kerjanya : Pembuatan pengenceran sample, Persiapan media, Penanaman, penghitungan jumlah koloni
2. Indentifikasi bakteri / Kuman
Pemeriksaan Identifikasi bakteri / kuman untuk mengetahui jenis kuman yang ada pada sample yang diperiksa. Adapun contoh kuman yang di identifikasi kuman meliputi :
a. Kuman gram negatif batang
1) Salmonella typhi
2) Shigella flexnery
3) Esherechia coli
4) Vibrio cholera
5) Psedomonas aeroginusa
b. Kuman gram positif kokus
1) Staphylococcus
a) Staphylococcus aureus
b) Staphylococcus epidermidis
c) Staphilococcus saprophyticus
2) Streptococcus
a) Sterptococcus betha hemoliticus
b) Streptococcus alpha hemoliticus
c) Streptococcus gama hemoliticus

3. Pemeriksaan pewarna dalam makanan minuman.
Bahan pewarna makanan terbagi dalam dua kelompok besar yakni pewarna alami dan pewarna buatan. Di Indonesia, penggunaan zat pewarna untuk makanan (baik yang diizinkan maupun dilarang) diatur dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 235/MenKes/Per/VI/79 dan direvisi melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 722/MenKes/Per/VI/88 mengenai bahan tambahan makanan.
Pewarna alami diperoleh dari tanaman ataupun hewan yang berupa pigmen. Beberapa pigmen alami yang banyak terdapat di sekitar kita antara lain: klorofil (terdapat pada daun-daun berwarna hijau), kunir, karotenoid (terdapat pada wortel dan sayuran lain berwarna oranye-merah). Pewarna alami umumnya aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi tubuh.
Pewarna buatan untuk makanan diperoleh melalui proses sintesis kimia buatan yang mengandalkan bahan-bahan kimia, atau dari bahan yang mengandung pewarna alami melalui ekstraksi secara kimiawi. Beberapa contoh pewarna buatan yaitu :
Warna kuning : tartrazin, sunset yellow, metanil yellow
Warna merah : allura, eritrosin, amaranth, rodamin B
Warna biru : biru berlian
4. Pemeriksaan pemanis dalam makanan minuman ( sakarin dan siklamat)
Di Indonesia menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/88 kadar maksimum asam siklamat yang diperbolehkan dalam makanan berkalori rendah dan untuk penderita diabetes melitus adalah 3 g/kg bahan makanan/minuman. Menurut WHO batas konsumsi harian siklamat yang aman (ADI) adalah 11 mg/kg berat badan. Sedangkan pemakaian sakarin menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 208/Menkes/Per/1V/85 tentang pemanis buatan dan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 722/Menkes/Per/1X/88 tentang bahan tambahan pangan, menyatakan bahwa pada makanan atau minuman olahan khusus yaitu berkalori rendah dan untuk penderita penyakit diabetes melitus kadar maksimum sakarin yang diperbolehkan adalah 300 mg/kg.
Penggunaan sakarin dan siklamat sebagai zat pemanis makanan dari beberapa penelitian ternyata dapat menimbulkan karsinogen. Siklamat yang memiliki tingkat kemanisan yang tinggi dan enak rasanya tanpa rasa pahit walaupun tidak berbahaya dan digunakan secara luas dalam makanan dan minuman selama bertahun-tahun, keamanannya mulai diragukan karena dilaporkan dari hasil penelitian pada tahun 1969 bahwa siklamat dapat menyebabkan timbulnya kanker kandung kemih pada tikus yang diberi ransum siklamat. Hasil metabolisme siklamat yaitu sikloheksilamina mempunyai sifat karsinogenik. Penelitian lain menunjukkan bahwa siklamat dapat menyebabkan atropi yaitu terjadinya pengecilan testicular dan kerusakan kromosom.
5. Pemeriksaan pengawet dalam makanan minuman ( As. Benzoat, As. Sorbet )
Pengawet makanan termasuk dalam kelompok zat tambahan makanan yang bersifat inert secara farmakologik (efektif dalam jumlah kecil dan tidak toksis). Pengawet penggunaannya sangat luas, hampir seluruh industri mempergunakannya termasuk industri farmasi, kosmetik, dan makanan. Di bidang kesehatan termasuk farmasi penggunaan pengawet dibatasi jenis dan jumlah penggunaannya. Karena Indonesia tertinggal dalam bidang penelitiannya maka diadopsilah peraturan yang ada di WHO. Khusus untuk pengawet makanan peraturannya sesuai dengan Permenkes RI No 722/Menkes/Per/IX/88
6. Identifikasi formalin
Pangan yang aman harus menggunakan bahan tambahan yang oleh pemerintah dinyatakan aman untuk digunakan pada pangan. Salah satu bahan yang dilarang digunakan untuk pangan adalah Formalin. Formalin sangat berbahaya bagi kesehatan, tidak hanya menimbulkan efek jangka pendek, misalnya mual, muntah diare, dsb, namun juga menimbulkan efek jangka panjang, misalnya luka pada ginjal, paru, dan kanker. Formalin, dengan rumus kimia CH2O merupakan suatu larutan yang tidak berwarna, berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37% formaldehid dalam air dan biasanya ditambahkan metanol 10-15% sebagai pengawet.
Formalin merupakan bahan berbahaya yang dapat mengancam kesehatan tubuh. Tubuh dapat terpapar formalin melalui saluran pencernaan (tertelan), kontak dengan kulit ataupun terhirup. Paparan formalin ini dapat menimbulkan gangguan kesehatan, baik gejala akut (jangka pendek) maupun gejala kronis (jangka panjang).
7. Identifikasi borak
Boraks merupakan senyawa kimia dengan nama natrium tetraborat, berbentuk kristal lunak. Jika dilarutkan dalam air akan menjadi natrium hidroksida serta asam borat. Baik boraks maupun asam borat memiliki sifat antiseptik, dan biasa digunakan oleh industri farmasi sebagai ramuan obat misalnya dalam salep, bedak, larutan kompres, obat oles mulut, dan obat pencuci mata. Boraks juga digunakan sebagai bahan solder, bahan pembersih, pengawet kayu dan antiseptik kayu.
Efek negatif : Boraks apabila terdapat pada makanan, maka dalam jangka waktu lama walau hanya sedikit akan terjadi akumulasi (penumpukan) pada otak, hati, lemak dan ginjal. Pemakaian dalam jumlah banyak dapat menyebabkan demam, depresi, kerusakan ginjal, nafsu makan berkurang, gangguan pencernaan, kebodohan, kebingungan, radang kulit, anemia, kejang, pingsan, koma bahkan kematian.
Pada dosis cukup tinggi, boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing, muntah, mencret, dan kram perut. Bagi anak kecil dan bayi, bila dosis dalam tubuhnya mencapai 5 gram atau lebih, akan menyebabkan kematian. Pada orang dewasa, kematian akan terjadi jika dosisnya telah mencapai 10 - 20 g atau lebih

Diharapkan dengan adanya pelatihan dapat meningkatkan profesionalisme petugas, dan menjadikan UPT Laboratorium Kesehatan DKK Wonogiri kedepan menjadi Rujukan Laboratorium di Kabupaten Wonogiri. (Du14h)

Senin, 23 November 2009

ANALISA BAKTERI SALMONELLA


ANALISA BAKTERI SALMONELLA

DI UNIT PELAKSANA TEKNIS LABORATORIUM

DINAS KESEHATAN KABUPATEN WONOGIRI

Salmonella adalah suatu jenis bakteri pencemar makanan yang cukup ditakuti oleh masyarakat luas. Salmonella bakteri Gram negative berbentuk batang, motil (kecuali Salmonella gallinarum dan Salmonella pullorum) dan tidak membentuk spora. Infeksi Salmonella – salmonellosis itu sendiri bersifat zoonosis, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia ataupun sebaliknya. Penyakit yang ditimbulkan karena infeksi Salmonella akut dapat menimbulkan gejala mual, muntah, kram perut, diare, demam dan sakit kepala. Gejala – gejala tersebut dapat timbul setelah 6 – 48 jam setelah bakteri Salmonella masuk ke dalam tubuh manusia dewasa. Namun, hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh kondisi kesehatan seseorang dan jenis (strain) bakteri Salmonella yang menginfeksinya.

Makanan yang dapat tercemar oleh bakteri ini antara lain daging, mentah, telur, susu dan produk turunannya, ikan, udang, coklat dan bahkan selai kacang. Beragam jenis Salmonella juga dapat diisolasi dari cangkang telur, namun secara umum Salmonella enteritidis yang sering ditemui. Salmonella enteritidis juga dapat ditemukan di dalam putih telur dan kuning telur. Diduga hal tersebut kemungkinan besar terjadi karena adanya transmisi vertical dari induk ayam yang terinfeksi Salmonella enteritidis ke dalam terlur telur pada saat proses pencangkangan telur.

Pada manusia. Bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A, B dan C menimbulkan demam tifoid. Tingkat kematian demam tifoid ini mencapai 10%, cukup tinggi jika dibandingkan dengan infeksi yang ditimbulkan oleh bakteri Salmonella lainnya yang hanya mencapai 1%. Namun, infeksi yang ditimbulkan Salmonella dublin dapat memiliki tingkat kematian hingga 15% jika septicemia (tercemarnya darah oleh bakteri) pada manusia yang berusia lanjut.

Dengan demikian, penting bagi kita untuk memastikan bahwa produk makanan dan minuman yang kita produksi dan konsumsi harus bebas dari Salmonella. Salah satu kultur mikrobiologi yang kami gunakan untuk melakukan analisa Salmonella di Unit Pelaksana Teknis Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten Wonogiri adalah dengan media selektif dan media deret dan gula-gula. (dullah)

Rabu, 26 Agustus 2009

PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL LABORATORIUM KESEHATAN TAHUN 2009

PEMANTAPAN MUTU EKSTERNAL LABORATORIUM KESEHATAN TAHUN 2009

A. Pemantapan Mutu Eksternal Kimia Air Parameter Mangan (Mn ) dan Besi ( Fe )
a. Pendahuluan
Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat, demikian juga tingkat kesadaran untuk hidup sehat untuk memenuhi tuntutan tersebut diperlukan pelayanan kesehatan yang bermutu, termasuk didalamnya pelayanan laboratorium. PME merupakan kegiatan untuk menilai penampilan pemeriksaan laboratorium pada saat tertentu.
b. Tujuan :
1. Meningkatkan kesadaran peserta akan kemungkinan terjadinya kekurangan
2. Meningkatkan kepercayaan kepada pengguna jasa
3. memberikan motivasi penggunaan metode yang standar

c. Penyelenggara PME : Balai Laboratorium Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
d. Bahan : 2 (dua) Sampel kontrol untuk pemeriksaan Fe dan Mn
e. Penyimpanan : di simpan pada suhu 2 - 8 o C
f. Pelaksanaan :
  • Siklus I : tanggal 2 September 2009
  • Siklus II : tanggal 9 September 2009
g. Peserta : UPT Laboratorium DKK Wonogiri
h. Hasil :
i. Evaluasi : Dilaksanakan oleh laboratorium penyelenggaran sesuai standar nasional
j. Feed back / umpan balik : ( dari BLK Semarang )


B. Pemantapan mutu eksternal Mikroskopis BTA ( PME_M_BTA)
a. Pendahuluan
Pemantapan mutu merupakan suatu terminologi yang digunakan untuk menunjukkan sustu sistem peningkatan yang terpercaya, efisien dan bermanfaat yang dilaksanakan secara terus menerus. Merupakan program yang dirancang untuk memungkinkan laboratorium-laboratorium yang mengikuti program PME dapat dikunjungi dan diketahui kemampuannya dengan membandingkan hasil pemeriksaan dengan hasil pemeriksaan yang dilakukan laboratorium lain. Dalam hal ini menggunakan metode Pengiriman sediaan dari pusat ke perifer ( panel testing ( Dari BLK ke Puskesmas )
b. Tujuan umum : menjamin mutu dan ketepatan mutu dan hasil mikroskipos BTA di Laboratorium puskesmas
c. Tujuan khusus :
  1. Meningkatkan kemampuan petugas
  2. Meningkatkan penemuan angka BTA positip
  3. Meningkatkan pencatatan dan pelaporan Pemeriksaan TB paru di Puskesmas
  4. Menyamakan persepsi hasil antara laboratoriuk penyelenggara dan laboratorium peserta
d. Penyelenggara : Laboratorium Kesehatan Provinsi jawa Tengah
e. Peserta : Puskesmas Wuryantoro dan Puskesmas Tirtomoyo II
f. Pelaksanaan :
  • Siklus I : tanggal 2 September 2009
  • Siklus II : tanggal 9 September 2009
g. Hasil :
h. Evaluasi : Dilaksanakan oleh laboratorium penyelenggaran sesuai standar nasional
i. Feed back / umpan balik : ( dari BLK Semarang )

C. Pemantapan mutu eksternal Hematologi
a. Prinsip dasar :
Prinsip dasar PME- H adalah :
  1. Kepada laboratrium peserta dikirim sampel kontrol. Laboratorium peserta melakukan pemeriksaan bahan kontrol dengan kondisi rutin sesuai dengan pemeriksaan sehari-hari
  2. Hasil pemeriksaan Laboratorium peserta dikirimkan kepada penyelenggaran dengan menggunakan formulir khusus dan waktu yang telah ditetapkan
  3. Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan membandingkan terhadap nilai target peserta (nilai rata-rata seluruh pesereta)
  4. Umpan balik berupa print out komputer yang berisi tentang informasi nilai target dan hasil pemeriksaan peserta.
b. Sasaran : untuk mendapatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium sehingga terjadi harmonisasi hasil pemeriksaan laboratorium di seluruh jawa tengah dalam bidang hematologi.
c. Penyelenggara : Laboratorium Kesehatan Provinsi jawa Tengah
d. Peserta : Puskesmas Wonogiri I dan Puskesmas Jatisrono I
e. Pelaksanaan :
  • Siklus I : tanggal 2 September 2009
  • Siklus II : tanggal 9 September 2009
f. Bahan : 2 (dua) Sampel kontrol
g. Penyimpanan : di simpan pada suhu 2 - 8 o C
Hasil :

D. Pemantapan mutu eksternal Urinalisa
a. Prinsip dasar :
Prinsip dasar PME- U adalah :
  1. Kepada laboratorium peserta dikirim sampel kontrol. Laboratorium peserta melakukan pemeriksaan bahan kontrol dengan kondisi rutin sesuai dengan pemeriksaan sehari-hari
  2. Hasil pemeriksaan Laboratorium peserta dikirimkan kepada penyelenggaran dengan menggunakan formulir khusus dan waktu yang telah ditetapkan
  3. Evaluasi hasil pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan membandingkan terhadap nilai target urine control ) assayed )
  4. Umpan balik berupa print out komputer yang berisi tentang informasi nilai target dan hasil pemeriksaan peserta.
b. Sasaran : untuk mendapatkan mutu hasil pemeriksaan laboratorium sehingga terjadi harmonisasi hasil pemeriksaan laboratorium di seluruh jawa tengah dalam bidang urinalisa.
c. Penyelenggara : Laboratorium Kesehatan Provinsi jawa Tengah
d. Peserta : Puskesmas Wonogiri I dan Puskesmas Jatisrono I
e. Pelaksanaan :
  • Siklus I : tanggal 2 September 2009
  • Siklus II : tanggal 9 September 2009
f. Bahan : 2 (dua) Sampel kontrol
g. Parameter pemeriksaan : pH, Protein, Glukosa, Bilirubin, Test kehamilan, semua parameter diperiksa dengan carik celup.
h. Penyimpanan : di simpan pada suhu 2 - 8 o C
Hasil :

E. Pemantapan mutu eksternal Mikroskopis Telur cacing ( PME-M-TC )
a. Pendahuluan
Manusia merupakan hospes nematode usus. Nematode usus yang ditularkan melalui tanah disebut soil transmitted helminthes. Yang terpenting bagi manusia adalah Ascaris lumbricoides, ancylostoma duodenale, Necator americanus, Oxyuris vermicularis dan Trichuris trichiura
b. Tujuan
Menilai penampilan / kemampuan laboratorium dalam pemeriksaan mikroskopis
c. Penyelenggara : Laboratorium Kesehatan Provinsi jawa Tengah
d. Peserta : Puskesmas Paranggupito dan Puskesmas Purwantoro I
e. Pelaksanaan :
  • Siklus I : tanggal 2 September 2009
  • Siklus II : tanggal 9 September 2009
f. Hasil :
g. Evaluasi : Dilaksanakan oleh laboratorium penyelenggaran sesuai standar nasional
h. Feed back / umpan balik : ( dari BLK Semarang )

Rabu, 10 Juni 2009

PENGARUH PARAMETER KIMIA YANG MENYIMPANG TERHADAP KESEHATAN



Pengaruh parameter kimia yang menyimpang terhadap kesehatan

1. Parameter Fisik.

a. Suhu
  • Suhu sebaiknya sejuk atau tidak panas terutama agar tidak terjadi pelarutan zat kimia yang ada pada saluran/pipa, yang dapat membahayakan kesehatan.
b. Warna
  • Air minum sebaikany tidak berwarna untuk alasan estetis dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mukroorganisme yang berwarna. Secara alamiah air rawa berwarna kuning muda karena ada tanin, asam humat dll. Karena menyerupai urine orang tidak sampai hati menggunakannya.
c. Bau
  • Air minum yang berbau selain tidak estetis juga tidak diterima oleh masyarakat. Bau air dapat memberi petunjuk akan kualitas air. Bau anyir karena tumbuhnya algae, dsb.
d. Rasa
  • Air minum biasanya tidak memberi memberi rasa / tawar. Air yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang dapat membahayakan kesehatan
e. Kekeruhan
  • Kekeruhan air disebabkan masih banyak terdapat zat padat yang tersuspensi, baik yang anorganik maupun yang bersifat organik. Zat organik biasanya merupakan lapukan batuan dan logam, sedangkan yang organik banyak berasal dari buangan industri yang dapat menjadi makanan bakteri dan perkembangbiakan bakteri ini menambah kekeruhan air, juga algae yang berkembang biak karena adanya zat hara N, P, K juga menambah keruhnya air, Air yang keruh akan memberi perlindungan pada kuman,
f. Jumlah Zat padat terlarut ( TDS )
  • Jumlah zat padat terlarut dapat memberi rasa yang tidak enak pada idah, rasa mual yang disebabkan karena Na-. sulfat, magnesium sulfat dan dapat menimbulkan cardiac disease toxemia pada wanita hami

2. Parameter kimia ( Anorganik)

a. Air Raksa ( Hg )
  • Hg yang diabsorsi akan masuk dalam darah, ginjal, hati, limpa dan tulang. Exresi lewat urine, faeces, keringat air susu dan saliva. Hg organik dapat merusak susunan syaraf pusat (temor, atarcia, lapangan penglihatan menciut, perubahan kepribadian), dan hg anorganik merusak ginjal dan menyebabkan cacat bawaan.
b. Arsen ( As )
  • Keracunan akut menimbulkan gejala muntaber disertai darah, koma, meninggal. Secara kronis menimbulkan anorexia, kolik mual, diare, icterus, perdarahan pada ginjal, dan kanker kulit, dapat juga berupa iritasi, alergi dan cacat bawaan.
c. Barium ( Ba )
  • Kadar barium berlebihan dapat mengganggu saluran pencernaan, menimbulkan rasa mual, diare, gangguan pada sistem syaraf pusat.
d. Besi ( Fe )
  • Konsentrasi yang lebih besar dari 0,3 mg/l dapat menimbulkan warna kuning, memberi rasa yang tidak enak pada minuman, pengendapan pada dinding, pertumbuhan bakteri besi dan kekeruhan.
e. Flourida ( F )
  • Konsentrasi dalam jumlah kecil dibutuhkan sebagai pencegahan terhadap penyakit caries gigi yang paling efektif tanpa merusak kesehatan. Konsentrasi yang lebih 1,5 mg/l air dapat menyebabkan Flourosis pada gigi, yaitu terbentuknya noda-noda coklat yang tidak mudah hilang pada gigi
f. Cadmium ( Cd )
  • Keracunan akut akan menyebabkan gejala gastrointestinal dan ginjal secara kronis penyebab penyakit Itai-itai dengan gejala sakit pinggang, tulang rapuh, tekanan darah tinggi, kerusakan ginjal, gejala seperti influensa dan kemandulan pada laki-laki.
g. Kesadahan CaCo3
  • Penyebab langsung terhadap kesehatan tidak ada, tetapi kesadahan dapat menyebabkan sabun pembersih menjadi tidak efektif.
h. Chlorida ( Cl )
  • Dalam jumlah kecil dibuthkan untuk desinfektan. Apabila berikatan dengan ion natrium dapat menyebabkan rasa asin dan dapat merusak pipa-pipa air.
i. Chromium Valensi 6 ( Cr )
  • Kemungkinan dapat menyebabkan kanker pada kulit dan alat-alat pernapasan.
j. Mangan ( Mn )
  • Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,1 mg/l menyebabkan rasa pahit pada minuman dan meninggalkan noda kecoklat-kecoklatan pada pakaian.Air yang mengandung Mn kalau diseduh denga teh maka teh tersebut menjadi kebiru-biruan. Keracunan kronis memberi gejala susunan syaraf : Insomnia, kemudian lemah pada kaki dan otot muka sepertibeku sehingga tampak seperti topeng (mask), bila tertpapar terus maka bicaranya lambat, monoton, terjadi hyper-refleksi, clonus pada platella dan tumit, dan berjalan seperti penderita parkinsonism.
k. Nitrat, Nitrit sebagai N
  • Gangguan GI, diare dengan darah, comvulsi, shock, koma, meninggal, keracunan kronis menyebabkan depresi yang umum, sakit kepala, gangguan mental, Methemoglobinaeima, terutama pada bayi ( blue babies)
l. Perak ( Ag )
  • Jika termakan akan mengendap pada kulit, mata dan mocus membrane yang menyebabkan hilangnya warna biru abu-abu tanpa reaksi nyata. Percobaan pada tikus menunjukkan kerusakan ginjal.
m. Derajat Keasaman ( pH )
  • Air minum sebaiknya netral, tidak asam/basa. pH yang lebih kecil dari 6,5 menimbulkan rasa tidak enak dan dapat menyebabkan korotifitas pada pipa-pipa air dan dapat menyebabkan beberapa bahan kimia berubah menjadi racun yang mengganggu ksehatan. pH tinggi dapat mengganggu pencernaan.
n. Selenium ( Se )
  • Memberi pengaruh terhadap kenaikan jumlah penyakit Caries gigi pada anak-anak. Menyebabkan gejala GI seperti muntah dan diare, kemudian terjadi gejala susunan syaraf seperti hilangnya reflek-reflek, iritasi cerebral, convulsi dan kematian. Merupakan racun sistemik, kemungkinan karsinogenik.
o.Zink (Zn )
  • Dalam jumlah kecil merupakan unsur yang penting untuk metabolisme karena kekurangan Zn dapat menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak. Dalam jumlah besar menimbulkan rasa pahit dan sepat pada air minum
p.Cianida ( CN )
  • Dapat mengganggu metabolisme oksigen sehingga jaringan tubuh tidak mampu mengubah oksigen. Menghambat pernapasan jaringan dan berbentuk asphyxia diikuti kematian. Keracunan kronis menimbulkan malaise dan iritasi. Hydro cianida mudah terbakar, dapat meracuni hati.
q. Sulfat (SO4)
  • Dalam jumlah besar dapat bereaksi dengan ion natrium atau magnesium dalam air sehingga membentuk garam yang dapat menimbulkan iritasi, GI. Formasi endapan (Hard scater) pada boilers dan heat eexchangers.
r. Sulfida ( H2S )
  • H2S bersifat racun dan berbau busuk. Dalam jumlah besar dapat memperbesar keasaman air sehinga dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa logam. Menimbulkan rasa, bau korosih dan iritans.
s. Tembaga ( Cu )
  • Dalam jumlah kecil Cu sangat dibutuhkan tubuh untuk membentuk sel-sel darah merah. Dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak di lidah disamping dapat menyebabkan kerusakan pada hati.
t. Timbal ( Pb )
  • Sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia karena cenderung akumulasi dalam jaringan tubuh manusia dan meracuni jaringan syaraf.

Minggu, 07 Juni 2009

Kesepakatan

Kesepakatan Pertemuan Penetapan Standar UPT
yang dilaksanakan di Dinas Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 13 Mei 2009
yang dihadiri oleh Ka Dinas Prop jateng, Ka UPT Lap Prop( Tuan Rumah ) , Para Ka UPT Lab Kab, dan tamu undangan
menghasilkan kesepakatan :
  1. Sesuai surat edaran Dirjen Bina Yanmed nomor YM.01.20/v/468/2009 " Untuk meningkatkan mutu pelayanan laboratorium kesehatan maka laboratorium kesehatan kabupaten /kota agar mempersiapkan diri untuk dilakukan Akriditasi Laboratorium yang akan dilakukan oleh KALK pusat. sedang KALK propinsi mempersiapkan dan membina pra Akreditasi.
  2. Untuk mempersiapkan : SDM, Sarana, Prasarana, Proses dan Output sesuai dengan standar pelayanan laboratorium Dinas Kesehatan Kab/Kota ( Permenkes no .1276/Menkes/SK/XII/2004 juncto Permenkes no.298/Menkes/SK/III/2008)
  3. Sesuai dengan surat edaran Dirjen Bina Yanmed no.YM/02.20/V/5/4784/2008 tentang Pembentukan Komite Akreditasi Laboratorium Kesehatan ( KALK) tingkat propinsi, maka disepakati akan dibentuk Tim KALK Propinsi yang beranggotakan dari unsur Propinsi dan kabupaten/kota
  4. Mewajibkan kepada seluruh Labkesda Kabupaten/Kota untuk mengikuti PME ( Pemantapan Mutu Eksternal ) yang akan dilakukan oleh instansi yang berwenang.
  5. Labkesda kabupaten/kota diharapkan meningkatkan kemampuan pemeriksaan laboratorium sesuai standar/aturan yang berlaku
  6. Untuk Dinas Kesehatan Kabupaten /Kota dalam pemberian ijin atau perpanjangan LKS( Laboratorium Kesehatan swasta) agar melibatkan/menyertakan dalam bentuk rekomendasi dari ILKI( Ikatan Laboratorium Klinik Indonesia ) cabang kabupaten-kota setempat, atau regional. hal ini berkaitan dengan mutu pelayanan yang telah ditetapkan oleh organisasi profesi tersebut.
disunting oleh :Teguh Widodo

Senin, 27 April 2009

DASAR KOMPETENSI PRANATA LABORATORIUM

DASAR KOMPETENSI ANALIS KESEHATAN

A. DASAR KOMPETENSI KEJURUAN

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

1. Melaksanakan dasar-dasar KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi)

1.1 Menjelaskan komunikasi di tempat kerja

1.2 Menjelaskan jenis bantuan kepada kolega dan pelanggan

1.3 Melaksanakan standar penampilan diri

1.4 Melakukan kerjasama dalam satu tim.

2. Melaksanakan pekerjaan dalam lingkup pekerjaan yang berbeda

2.1 Melakukan komunikasi dengan kolega dan pelanggan dari lingkup pekerjaan yang berbeda

2.2 Menanggapi keluhan konsumen dan masyarakat pengguna.

3. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

3.1 Mendeskripsikan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

3.2 Melaksanakan prosedur K3

3.3 Menerapkan konsep lingkungan hidup

3.4 Menerapkan ketentuan pertolongan pertama pada kecelakaan.

3.5 Melaksanakan petunjuk penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan alat atau instrumen pemeriksaan

3.6 Melaksanakan petunjuk penggunaan, pemeliharaan dan penyimpanan reagen.

B. KOMPETENSI KEJURUAN

STANDAR KOMPETENSI

KOMPETENSI DASAR

1. Memahami dasar-dasar penyakit

1.1 Menjelaskan penyakit-penyakit sistem kardiovaskuler

1.2 Menjelaskan penyakit-penyakit sistem respiratori

1.3 Menjelaskan penyakit –penyakit sistem pencernaan

1.4 Menjelaskan penyakit-penyakit sistem genitourinaria

1.5 Menjelaskan penyakit-penyakit metabolik sistemik.

2. Menggunakan sampel untuk uji laboratorium

2.1 Menyiapkan sampel untuk pemeriksaan patologi

2.2 Mengirim sampel

2.3 Mendapatkan sampel yang representatif

2.4 Memproses jaringan

2.5 Menghitung jumlah sel dalam sampel.

3. Mengoperasikan peralatan laboratorium

3.1 Menjelaskan prosedur laboratorium

3.2 Menjelaskan peralatan-peralatan yang digunakan dalam laboratorium klinik

3.3 Mengoperasikan sentrifuge

3.4 Mengoperasikan pipet

3.5 Menggunakan spektrofotometer

3.6 Menggunakan teknik kromatografi

3.7 Mengoperasikan otoklaf untuk sterilisasi.

4. Menerapkan prosedur standar keselamatan kerja

4.1 Melaksanakan pekerjaan laboratorium sesuai standar kesehatan dan keselamatan kerja

4.2 Menjelaskan cara penanganan bahan toksik dan infeksius.

5. Melaksanakan penanganan bahan dan reagen laboratorium

5.1 Mengendalikan stok bahan dan peralatan laboratorium

5.2 Mempersiapkan larutan kerja dan larutan standar

5.3 Menyimpan reagen dan bahan untuk pengujian.

6. Memelihara peralatan laboratorium

6.1 Menjelaskan prosedur penggunaan dan pemeliharaan peralatan

6.2 Membersihkan peralatan laboratorium

6.3 Mensterilkan peralatan dan bahan laboratorium.

7. Melakukan pemeriksaan urin, faeces dan cairan tubuh lainnya

7.1 Melakukan pemeriksaan urin

7.2 Melakukan pemeriksaan sperma

7.3 Melakukan pemeriksaan cairan tubuh

7.4 Melakukan pemeriksaan faeces.

8. Melakukan pemeriksaan hematologi

8.1 Melakukan pengambilan darah

8.2 Melakukan pemeriksaan darah rutin

8.3 Melakukan pemeriksaan darah lengkap

8.4 Melakukan pemeriksaan darah untuk kasus perdarahan

8.5 Melakukan pemeriksaan kimia klinik

8.6 Melakukan pemeriksaan faal ginjal

8.7 Melakukan pemeriksaan faal hati.

9. Melakukan pemeriksaan bakteriologi

9.1 Menjelaskan morfologi dan metabolisme bakteri-bakteri patologis

9.2 Melakukan pemeriksaan mikroskopis bakteriologi klinik

9.3 Membuat media pembenihan

9.4 Melakukan pemeriksaan imunoserologi sederhana

9.5 Melakukan uji aseptik.

10. Melakukan pemeriksaan parasitologi

10.1 Menjelaskan morfologi dan daur hidup berbagai parasit

10.2 Melakukan pemeriksaan helmintologi

10.3 Melakukan pemeriksaan protozoologi klinik

10.4 Melakukan pemeriksaan mikologi klinik.

11. Memahami pemeriksaan non patologis

11.1 Menjelaskan cara pemeriksaan pada makanan dan minuman secara fisika dan kimia

11.2 Menjelaskan cara pemeriksaan air minum, air bersih dan air limbah secara fisika dan kimia.

12. Memahami tentang transfusi darah dan bank darah

12.1 Menjelaskan prosedur pemeriksaan darah donor

12.2 Menjelaskan cara melakukan pemeriksaan silang pada transfusi darah

12.3 Menjelaskan cara penyimpanan darah dengan metode FIFO

12.4 Menjelaskan tentang Bank Darah dan Bank Darah Rumah Sakit (BDRS).

13. Menganalisis data hasil pemeriksaan

13.1 Memproses data

13.2 Mengarsipkan data

13.3 Menggunakan piranti lunak untuk aplikasi laboratorium.

14. Menerapkan kontrol kualitas prosedur laboratorium

14.1 Menerapkan sistem kualitas dan proses perbaikan berkelanjutan

14.2 Melaksanakan sistem mutu berkelanjutan

14.3 Melaksanakan praktek laboratorium sesuai GLP (Good Laboratory Practice)

14.4 Melakukan kontrol kualitas pada pemeriksaan laboratorium.

15. Melakukan promosi kesehatan

15.1 Memelihara dokumen laboratorium

15.2 Melakukan komunikasi dengan orang lain

15.3 Menyediakan informasi untuk pelanggan.